Hajar Ahmad Chusaini, ASN Bappeda Kabupaten Blora ini telah berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Fenomena Kekotaan pada Wilayah Ekstraktif Minyak dan Gas Bumi: Petroleumspace dan Strategi Spasial Negara di Cepu, Indonesia” melalui ujian tertutup pada tanggal 26 Juni 2023. Sidang yang dipimpin oleh Prof. Dr. Ir. Atiek Suprapti, MT ini menghadirkan promotor Prof. Dr.rer.nat Imam Buchori, ST dan co-promotor Dr. Ir. Jawoto Sih Setyono, MDP. Penguji internal Universitas Diponegoro adalah Prof. Sudharto P. Hadi, M.E.S., Ph.D. dan Prof. Dr.-Ing. Wiwandari Handayani, S.T., M.T., M.P.S. Penguji eksternal yaitu Prof. Dr. Ir. Walter Timo de Vries hadir secara daring dari Technical University of Munich (TUM) Jerman. Hajar merupakan lulusan ke-81 yang memperoleh gelar doktor bidang ilmu arsitektur dan perkotaan Universitas Diponegoro.
Hajar menyampaikan bahwa fenomena kekotaan dapat dilihat pada wilayah yang dipersepsikan dan dikonsepsikan sebagai dominasi rural atau perdesaan seperti wilayah ekstraktif minyak dan gas bumi. Kekotaan tidak hanya berlaku bagi kota migas tempat kilang dan pemusatan aktivitas saja. Namun sumur, lapangan migas, jalur perpipaan, fasilitas produksi, hingga kapal tanker menjadi bagian dari proses urbanisasi. Meskipun, infrastruktur tersebut berada di luar kawasan perkotaan. Pemahaman kekotaan ini mengindikasikan kebutuhan teoretis baru. Perubahan kebijakan dan alternatif transformasi sosial yang lebih sarat nilai, adil, emansipatif, dan demokratis dapat diinspirasi darinya.
Sumber daya alam migas pada wilayah ekstraktif relatif tidak berkorelasi dengan kemakmuran penduduk di sekitarnya. Namun, migas menjadi penopang kehidupan dan metabolisme di kawasan perkotaan yang kehidupannya relatif lebih sejahtera. Berbagai perjuangan masyarakat (sosial) dan pemerintah daerah (politik) beserta kontradiksinya terjadi. Keduanya berupaya mendapatkan akses, manfaat, dan kesejahteraan atas sumber daya alam di sekitarnya. Hal ini menciptakan formasi ruang perkotaan dalam tiga dimensi. Migas diproduksi dalam ruang membentuk lanskap khusus migas sebagai material. Proses pengembangan pengetahuan teritori seperti rencana tata ruang dan rencana sektoral migas turut menyertainya. Keduanya menghasilkan makna bagi masyarakat yang mengalaminya untuk kehidupannya.
Untuk itu, peraih beasiswa S3 Pusbindiklatren Bappenas ini mengajukan konsep hinterland petroleumspace (ruang migas wilayah belakang) sebagai ruang perkotaan diferensial. Konsep ini dibangun dari teori umum masyarakat dalam ruang dan waktu dengan mengelaborasi konsep petroleumscape. Secara spasial ruang ini terwujud dalam bentuk unsur perkotaan (urban fabric) oleh perusahaan migas. Apropriasi masyarakat dan pemerintah dalam aktivitas industri migas turut serta membentuk unsur perkotaan menjadi beragam dan berbeda-beda. Melalui proses transduktif, konsep perkotaan yang telah ada dikritik melalui praktis, dan kritik praktis melalui konsep baru. Konsep baru yang dibangun ini diharapkan dapat mengkritik praktik spasial di tengah homogenisasi ruang migas. Dominasi perusahaan migas diharapkan menjadi ruang migas diferensial melalui berbagai apropriasi sosial dan politik. Ini akan kembali kepada salah tujuan penciptaan wilayah ekstraktif untuk lebih meningkatkan kesejahteraan kepada warga setempat.
Penelitian ini telah menghasilkan dua publikasi jurnal internasional bereputasi terindeks scopus di penerbit terkemuka yaitu Taylor & Francis. Artikel pertama yaitu “Petroleumscapes and the urban fabric: a study of hinterland development in Cepu, Indonesia” terbit di jurnal Planning Perspectives (Q2 Scopus). Artikel kedua yaitu “Blindness and illumination of state spatial strategies in producing extended urban space: a case from Cepu oil and gas mining area, Indonesia” terbit di jurnal International Planning Studies (Q1 Scopus).